Browse » Home » » The Legend - Episode 2

The Legend - Episode 2


Sinopsis singkat:

Pada malam di saat bintang Jyooshin nampak, menandakan kelahiran Raja Jyooshin, semua ke-empat simbol para Dewa (yang telah tersebar ke empat penjuru dan dijaga oleh kelompok yang berbeda) mulai menandakan kebangkitan mereka. Seorang tua (Dae Jang Ro, Kepala klan Api) yang juga biksu kepala dari Kuil A-bullan-saa (keturunan suku Hyo-jok) juga melihatnya kemudian mengutus orang-orangnya untuk mencari ke-empat simbol Dewa itu. Pada waktu yang sama, orang-orang dari desa Geo-mool (Desa Air Hitam) juga melihat bintang Jyooshin dan mengutus orang untuk membantu dan mencari bagi mereka  sehingga ramalan Hwan Woong dapat terpenuhi.

Ke tiga tempat di mana Simbol Dewa berada diserang oleh kelompok Hwacheon …
Di Benteng Jin, Baekjae, seorang ayah sedang melindungi simbol dari Woonsa (Naga Biru), memasukkannya ke jantung anak lelakinya, Cheoro.  Saat itu juga wajah anak lelaki itu menjadi buruk rupa.

Di desa Heuksoo Malgal, Bookgaemaedaryong, seorang pria yang menjaga simbol Poong-baek (Harimau Putih) memberikannya pada anak lelakinya dan menyuruhnya untuk melarikan diri.
Di Istana Sabi, Baekjae, saat kediaman keluarga mereka diserang oleh orang-orang Hwacheon, ibu Ki-ha menyerahkan jantung Joojak pada Ki-ha. Tapi sayangnya, seluruh keluarga Ki-ha terbunuh, ia sendiri tertangkap dan dibawa ke klan Api. Dae Jang Ro mencap punggung Ki-ha dengan cap Hwacheon. Sejak saat itu, gadis kecil ini bertumbuh di bawah kendali mereka.  Menurut Dae Jang Ro, Ki-ha ternyata adalah reinkarnasi dari Ka-jin.
Orang-orang Hwacheon selalu berpikir bahwa kekuatan Api Joojak memang adalah milik mereka dari permulaan, yang kemudian direbut oleh Hwan Woong 2000 tahun yang lalu.
Dae Jang Ro berusaha membangkitkan kekuatan Joojak, tapi tidak berhasil, hanya sedikit kekuatan yang bisa ia ambil, tapi itu cukup untuk membuatnya menjadi lebih muda. Ia bukan lagi seorang biksu tua tapi seorang biksu setengah baya.
Ki-ha kemudian dikirim ke Istana untuk “mengawasi” Yeon Ho-gae , yang kelihatannya merupakan satu-satunya orang yang lahir di bawah bintang Jyooshin dan dianggap sebagai orang yang kelak menjadi Raja Jyooshin.  Kelihatannya Ki-ha mengalami hilang ingatan karena ia tidak ingat kalau ia masih memiliki seorang adik perempuan, yang diselamatkan oleh orang-orang dari Desa Air hitam.
Di sisi lain, Sae-Oh, yang meninggal saat ia sedang bermanifestasi sebagai Jujak Hitam, ternyata bereinkarnasi sebagai adik Kiha, tetapi takdir mereka berdua terpisahkan oleh keadaan. Ketika orang-orang Desa Air Hitam datang ke kediaman keluarga Ki-ha, yang penghuninya sudah terbasmi dan bangunannya terbakar hangus, mereka mendengar tangis bayi dan menemukan seorang bayi perempuan dengan lambang Joojak muncul di dahinya.
Orang-orang Desa Air Hitam membawanya kembali ke desa mereka dan berpikiran untuk membunuh bayi itu sekarang sebelum ia mewujudkan dirinya menjadi Joojak Hitam dan menghancurkan dunia lagi.
Tapi Hyon-go berpikir sebaliknya dan membantah bahwa warnanya bukan hitam, melainkan merah. “Bagaimana jika ia adalah Joojak yang sejati? Bukankah ia nanti dapat membantu Raja Jyooshin?” dan mengatakan kalau ia akan  bertanggung jawab jika bayi ini berubah menjadi Jujak Hitam. Hyon-go kemudian mengasuhnya dan menjadikannya murid, menamai si bayi sebagai Soojinee.
Di Istana, Ibu Ho-gae adalah adik perempuan dari Raja yang sekarang (Raja Sosurim, Raja ke-17  Koguryeo) dan ketika Raja sedang sekarat, ibu Ho-gae menginginkan agar anaknya menjadi Raja berikutnya, karena ia percaya kalau anaknya, yang lahir saat bintang Jyooshin muncul, adalah Raja Jyooshin.
Tapi ternyata, ada anak lelaki lain yang lahir pada waktu yang sama. Ia adalah Damdeok, yang merupakan anak dari saudara lelaki Raja, Pangeran Ojiji, menjadikannya keponakan Raja Sosurim. Pangeran Ojiji dipanggil kembali ke Istana ketika Raja berada dalam ambang maut. Ayah Damdeok kemudian menjadi Raja ke-18 dari Koguryeo, Raja Gogookyang.
Soojinee bertumbuh menjadi gadis yang bengal namun cerdas. Bersama-sama dengan Hyon-go (yang merupakan reinkarnasi dari Woosa, si Penyu Hitam), mereka pergi ke ibukota Goguryeo (Gooknaeseong). Demi mencari nafkah di ibukota, mereka meramalkan nasib orang  (atau lebih tepatnya Hyon-go membacakan ramalan dan Soojinee yang mencarikan pelanggan). Di pasarlah kedua kakak beradik itu, Ki-ha dan Soojinee, bertemu untuk pertama kalinya. Ki-ha saat itu dalam perjalanan menuju ke Istana. Keduanya tidak saling mengenal, namun ada perasaan aneh di dalam hati keduanya saat saling melihat satu sama lain.
Ki-ha dan Damdeok bertemu untuk pertama kalinya saat upacara penobatan ayah Damdeok (saat itu Ki-ha, yang menjadi gadis pembawa bunga, terpeleset …  )
Raja merasa kalau anaknya, Damdeok akan dalam bahaya jadi ia memperingatkan anaknya agar tidak gampang berteman dengan orang lain dan menyuruhnya untuk berhati-hati. Raja juga mengirimnya ke tempat lain untuk tinggal dan hidup di sana, dan memintanya berpura-pura menjadi anak yang lemah, jangan menunjukkan bahwa dirinya mengetahui cara bertarung.
Pada saat itu kelihatannya Ho-gae dan Damdeok sudah berteman karena Ho-gae menunjukkan pada Damdeok bagaimana menggunakan tombak.
Ki-ha adalah gadis pendiam dan sikapnya manis. Tapi di balik sikapnya itu, kelihatannya Dae Jang Ro, pimpinan Kuil Abullansa, memintanya untuk melakukan penyelidikan mengenai sesuatu, karena ia bertemu lagi dengan Damdeok saat ia ada di … perpustakaan. Damdeok bertanya apakah ia dari Shin Dang (Departemen Medis?) dan mengatakan kalau dirinya sendiri di sana untuk melihat buku-buku itu. Damdeok kelihatannya mencoba untuk mempelajari ilmu bela diri dari buku-buku di sana tapi tidak begitu mengerti. Ki-ha kemudian mengatakan bahwa ia tak boleh berbicara kepada orang luar karena ia dari Shin Dang, jadi ia sekarang hanya berbicara pada rak buku. Dan kelihatannya Ki-ha berusaha memberikan jawaban pada Damdeok apa-apa yang ia tidak mengerti mengenai dasar-dasar ilmu silat, namun berpura-pura hanya berbicara pada rak buku di hadapannya … hehehehe …
————–
Tahun 375 SM, tahun ke-5 pemerintahan Raja Sosurim.
10 tahun yang lalu

Kuil A-Bullan-sa (Kuil Pusat dari Hwacheon)
Biksu: Bukankah itu adalah bintang Jyooshin?
Dae Jang Ro: Bintang yang diramalkan beribu-tibu tahun lalu. Dikatakan bahwa pada hari Raja Jyooshin  dilahirkan, sebuah bintang terang akan tampak di langit, dan simbol-simbol dari para dewa akan bangkit.
Biksu: Apakah itu hari ini?
Dae Jang Ro: Cahaya dari simbol-simbol itu akan mencapai langit dan menembus kedalaman laut.
Semua anggota Hwacheon yang ada di empat penjuru bumi, pergi dan temukanlah simbol-simbol itu!
Pergilah ke Koguryo, Baekjae, Shilla, Malgal, Keoran, semua tempat yang dulunya adalah wilayah dari Jyooshin. Kita harus menemukan simbol-simbol itu. Wilayah itu akan menjadi milik kita selamanya.
———-
Desa Geomool, wilayah Baekjae.
Malam hari.
Desa ini merupakan sekelompok orang yang melindungi Simbol Hyunmoo dan telah lama menunggu kedatangan Raja Jyooshin.
Dalam pada itu Simbol Hyunmoo menunjukkan tanda-tanda kebangkitan.
Semua orang berkumpul di tempat Simbol Hyunmoo berada. Hyunsoo mendatangi mereka dan segera memberikan perintahnya.
Hyunsoo: Hyundeok, tolong beritahu semua murid-murid kita di desa Geomool agar bersiap-siap sehingga kita bisa pergi sembarang waktu dan ke sembarang tempat secepatnya.
Hyundeok: Baik! (Ia pergi diikuti beberapa orang)
Hyunwoon, panggil murid-murid yang lain dan nantikan pertanda obor api. Simbol itu akan bangkit kalau tidak hari ini pasti besok!
Hyunwoon: Baik! (Ia segera pergi dengan rekan-rekannya)
Hyon-go: Lalu, akankah Raja Jyooshin di legenda yang diramalkan sejak beribu-ribu tahun lalu sudah lahir?
Hyunsoo: Ya!
Hyon-go: Apa yang akan terjadi jika kita menemukan Raja itu?
Hyunsoo: Hyon-go, ikuti aku ke selatan.
Hyon-go: Apakah ia ada di Selatan?
Hyunsoo: Kita akan tahu lokasi tepatnya setelah api isyarat dinyalakan, tapi yang pasti dua dari Empat Simbol Dewa ada di Baekjae.
Para anggota Geo-mool segera melarikan kuda mereka melewati pelindung sihir yang menyamarkan desa mereka dari pandangan orang luar. Mereka harus bergegas menemukan ke-4 Simbol Dewa.
Cheonji Sindang, wilayah Goguryeo.
Di dalam Kuil, angin bertiup  menyebabkan nyala lilin berkelap-kelip, patung-patung bergoncang, dan gong berbunyi …
Pendeta Tinggi: Bintang yang lain dari yang lainnya akan muncul saat Raja yang lain daripada yang lain terlahir. Sampai Raja itu terbangun dan menjadi Raja sejati, seperti dedaunan yang tertiup oleh angin ….
… Oh para pendengar … sembunyikan apa yang kalian dengar … Oh para pelihat … sembunyikan apa yang kalian lihat. Sampai ia bangkit memenuhi panggilan sejatinya, tetap ingatlah. Berhati-hatilah dan waspadalah!
Pendeta Tinggi dan beberapa wanita pengiringnya berkuda dan sedang berlomba dengan waktu …
————-
Di kediaman keluarga Yeon, yang berada di dekat Istana.
Yeon Garyeoh bergegas pulang ke kediamannya, istrinya sedang dalam proses persalinan.

Garyeoh bertemu dengan bidan di depan kamar persalinan.
Bidan: (pada Yeon Garyeoh) Dia dalam proses persalinan  …
Yeon Garyeoh menoleh ke arah langit dan melihat Bintang Jyooshin sedang bersinar dengan terangnya.
Terdengar suara wanita mengerang, mengerahkan tenaga …
*Nyonya Yeon adalah adik perempuan dari Raja Sosurim
Nyonya Yeon: (pada suaminya) Harus laki-laki!
Yeongaryo: (memegang tangan istrinya) Semua orang  memiliki harapan yang sama.
Nyonya Yeon: Harus laki-laki. Ini demi kita, dan demi Goguryeo … Jika langit penuh belas kasihan, seorang anak lelaki akan diberikan pada kita.
————
Pendeta Tinggi dan pengiringnya sampai di satu tempat. Seorang pria menemani mereka untuk masuk ke dalam ruangan persalinan, tapi ternyata tempat itu kosong. Pria itu menoleh pada Pendeta Tinggi dan nampak sangat cemas.
* Oh Ji Ji (nantinya menjadi Raja Go Gook Yang, adik dari Raja Sosurim)
Ternyata isteri Oh Ji Ji yang sudah waktunya mau melahirkan pergi ke tempat yang sepi di pegunungan.
———–
Di sebuah desa pandai besi Heuksoo Malgal di Bookgaemadaeryong
Semua orang sedang berkumpul dan bersenang-senang sambil mengawasi rekan-rekan mereka yang sedang membuat pedang.
Tiba-tiba seorang tua menyadari ada cahaya bersinar dari arah gudang, tempat menyimpan Simbol Baekho.
Pria tua: Itu bersinar!
Ayah Bo Sun: Pedangnya masih belum siap!
Pria tua: (berteriak) Itu bersinar!
Pria tua itu  menunjukkan jarinya ke arah cahaya, semua orang heran dan melihatnya. Mereka segera menjadi terkejut ketika melihat  Simbol Baekho benar-benar bersinar dengan terang.
Simbol Baekho mulai menunjukkan tanda kebangkitan, memancarkan cahaya putih ke langit.
Dae Jang Ro: Simbol dari Baekho telah bangkit  di desa pandai besi di Malgal. Ikuti cahaya terang itu dan bawa kembali Simbol Baekho.
Sementara itu di tempat yang agak jauh dari desa Heuksoo Malgal, seorang tua melihatnya dan segera melakukan tugas yang dibebankan padanya turun temurun, menyalakan pertanda api.
Orangtua itu segera berlari dengan membawa obor ke suatu tempat ….
Orangtua: Ini .. Ini mungkin mimpi … mungkin ini adalah mimpi  …!
Ia sampai di satu bangunan kecil, yang ternyata tempat menyalakan api isyarat, dan segera bergegas menyalakan api dan melemparkan semacam bubuk, yang segera terbakar dan membumbung tinggi ke langit menjadi jalur asap putih.
Hyunsoo dan yang lain melihat asap isyarat yang dinyalakan oleh si orang tua dari kejauhan.
*Hyon-go adalah reinkarnasi dari Woo Sa (Penyu Hitam)
Hyongo: Itu asap putih!
Hyunsoo : Apakah ini Simbol dari Baekho? …. Hyeonjang!
Hyeonjang: Ya, tetua.
Hyon-go: Segeralah pergi dan bawakan Simbol itu padaku!
Hyeonjang: Baik!
Hyeonjang segera memacu kudanya diikuti oleh beberapa orang ke arah desa Heuksoo Malgal.
Hyon-go menatap ke langit dan melihat kalau Bintang Jyooshin berpendar terang …
Pada saat yang bersamaan …
Pendeta Tinggi dan pengiringya sampai di tempat istri Oh Ji Ji melahirkan, tepat ketika tangis bayi pecah, menggema di seluruh wilayah itu.
Seorang bayi lelaki lahir, Damdeok lahir tahun 375 SM.
———
Yeon Garyeo juga melihat Bintang Jyooshin di langit.
Yeon Garyeo: Pasti sekarang …
Terdengar suara erangan wanita dari dalam ruangan … Nyonya Yeon sedang berjuang untuk melahirkan bayinya.
Beberapa saat kemudian terdengar suara tangisan bayi yang sangat lantang … laki-laki!
Yeon Garyeoh: Pasti sekarang waktunya! Ya, anak ini pasti adalah DIA!.
———
Dae Jang Ro: Sepuluh ribu saudara-saudaraku, pergilah ke Benteng Jin di Baekjae dan bawa kembali simbol itu! Kita, Hwacheon harus memiliki Simbol Chung Ryong [Woon Sa, si Naga Biru].
Simbol Chung Ryong menunjukkan tanda-tanda kebangkitan.
Benteng Jin di Baekjae.
Sepuluh ribu orang Hwacheon menyerbu Benteng Jin di Baekjae, membunuh semua orang yang mereka temui dan membakar bangunan yang ada.
Di tempat yang tampaknya adalah sebuah rumah keluarga bangsawan, seorang anggota Hwacheon akan membunuh seorang anak kecil, Cheoro, namun ayah Cheoro datang tepat pada waktunya dan  segera membunuh penyerang itu, tapi ia sendiri terkena tusukan.
Mereka berdua segera bergegas  menuju ke tempat penyimpanan Simbol Chung Ryong. Sang ayah segera mengambil Simbol Chung Ryong dari tempat penyimpanannya.
Tiba-tiba para anggota Hwacheon tiba, dipimpin oleh seorang berjubah dan bertopeng muka hitam. Ayah Cheoro segera mengambil simbol itu dan berdiri menghadapi mereka sambil memeluk anaknya dengan tangan kiri.
Ayah Cheoro:  Oh .. Penjaga Agung di Timur … (membuka baju di dada anaknya kemudian mengangkat tinggi-tinggi Simbol Chung Ryong yang bersinar terang) Aku mempersembahkan jantung anakku padamu!
Sang ayah segera menusukkan Simbol Chung Ryong tepat pada jantung anaknya, seorang anggota Hwacheon berusaha mencegahnya namun terlambat. Sang ayah terkena sabetan di punggungnya, tapi saat ia akan mati, senyum puas nampak pada wajahnya.
* Cheoro (reinkarnasi dari Woon Sa, si Naga Biru)
Cheoro kemudian memanifestasikan kekuatan Woon Sa, mengusir para penyerangnya.
——-
Desa pandai besi Heoksoomalgal di Bookgaemadaeryong
Pria bertopeng: Di mana simbol itu? Di mana kau menyembunyikannya?
Anggota Hwacheon tidak sabar lagi sehingga ia membunuh pria tua itu. Dari tempat tersembunyi, ayah Ba Son mengintip semua kejadian itu.
Ayah Ba Son, Bool Deul dan Ba Son sendiri berhasil meloloskan diri melalui jalan rahasia. mereka naik ke bukit di sebelah desa dan berusaha bersembunyi di gunung.
Bool Deul: Ayah ! Oh Dewa-dewa, Ayah!  … Apa yang terjadi di sini? Siapa para penjahat itu? Dari mana mereka berasal? Mengapa mereka melakukan ini? Oh Dewa … Oh para Dewa …
Ba Son: (memukul kepala kakaknya) Janganlah merengek lagi! (berseru pada ayahnya)  Ayah!
Ayah Ba Son: Apa?
Ba Son: (mencengkeram tangan ayahnya yang memegang sebuah kotak) Apakah mereka melakukan itu karena ini?
Ayah Ba Son memandangnya, kemudian menoleh pada anak lelakinya.
———–
Orangtua yang menyalakan asap putih menjadi penunjuk jalan bagi orang-orang dari desa Geo-mool yang dipimpin oleh Hyeonjang.
Orangtua: (mengarahkan telunjuknya ke arah desa Heuksoo Malgal) Itu … Itu di sana …
Ba Son dan ayahnya berlari menghindari banyaknya shuriken yang melesat ke arah mereka, tapi pada suatu ketika ayah Ba Son terkena satu di punggungnya dan jatuh menggelinding ke bawah lembah, diikuti oleh Ba Son. Ba Son segera menghampiri ayahnya setelah mereka berhenti menggelinding di dasar lembah.
Ba Son: Ayah!
Kabut datang dan menyelimuti tempat mereka berdua berada membuat Ba Son sedikit takut …. Ba Son sangat terkejut ketika melihat kemunculan tiba-tiba dari Hyeonjang dan rekan-rekannya.
Heyonjang menyuruhnya untuk diam tak bersuara. Ba Son mengerti kalau orang-orang ini tidak bermaksud mencelakai mereka dan segera menutup mulutnya.
Hyeonjang dan ketiga orang rekannya segera membentuk formasi segi empat dengan Ba Son dan ayahnya ada di tengah formasi mereka. Hyeonjang mengeluarkan sebuah benda berbentuk telur berwarna emas dan menggunakannya.
Semacam kekuatan sihir muncul dari empat anggota Geo-mool dan melingkupi area sekitar mereka, membuat semacam pemandangan ilusi.
Ilusi itu membuat musuh mereka melihat daerah yang asalnya sebuah lembah datar menjadi jurang yang dalam. Anggota Hwacheon tak melanjutkan langkahnya, dan mengamati ke sekeliling kemudian pergi ke tempat lain.
Ba Son sangat khawatir kalau para pengejar mereka mengetahui keberadaan mereka. Tapi merasa lega saat melihat mereka pergi.
Hyeonjang: Apakah kau orang yang melindungi simbol? Kami adalah penjaga Simbol Hyunmoo dari desa Geo-mool di Goguryeo. Kami datang ke mari untuk mendapatkan simbol dari Baekho. Mantra pelindung ini tak akan bertahan lama lagi, tolong berikan pada kami simbol Baekho.
Ayah Ba Son tertawa tapi kemudian merasa kesakitan.
Ba Son: Ayah, apakah kau tidak apa-apa? (berusaha membimbing ayahnya) Ayah, bukankah ini darah?
Ayah: Aku telah menjaga benda itu sampai saat ini. Sekarang,  giliran bajingan kecil itu yang harus melindunginya!
Ayah Ba Son menyeringai tapi kemudian seringainya memudar dan kepalanya tertekuk ke bawah. Ia mati.
Ba Son: Ayah, Ayah! Ayah! Ayah!
Hyeonjang melihat bungkusan yang berisikan kotak Simbol Baekho dan membukanya, tapi kosong!
———————-
Sementara itu, Bool Deul lari ke arah yang lain dengan membawa Simbol Baekho di tas punggungnya sambil menangis sedih. Berulangkali ia menoleh ke belakang, ke arah di mana ayah dan saudara perempuannya, Ba Son, berada.
Ayah: Aku tak tahu benda apa ini, tapi kita harus melindunginya! Kita harus melindunginya sampai pemilik yang sebenarnya muncul untuk mengambilnya kembali.
Bool Deuli: D mana kita harus menunggu pemiliknya? Seperti apa wajahnya?
Ayah: Aku juga tidak tahu! Jika orang itu adalah pemilik asli benda ini, maka ia akan mengejarnya tak peduli kemana pun. Jadi, pergi dan berlarilah sampai ke ujung dunia ini! Jangan pernah memberikan benda ini kepada orang yang bukan pemilik sebenarnya! Aku tak tahu mengapa, tapi aku dulu juga diberitahu kalau itu saja yang harus kau lakukan!
Bool Deul dengan terpaksa berlari dan terus berlari …
———————
Dae Jangro:  Simbol dari Joojak telah bangkit di Sabiseong (Istana Sabi) di Baekjae.  Oh .. saudara-saudaraku dari Hwacheon, pergilah ke Sabiseong. Simbol dari Joojak Merah adalah simbol kekuatan dari bumi ini, kita Hwacheon harus memilikinya.
Sabiseong Baekjae
Pembantaian besar-besaran dilakukan di sebuah rumah bangsawan tinggi. Anggota Hwacheon tanpa ampun membasmi habis semua orang di rumah itu.
Seorang pria bangsawan diseret keluar dan dihadapkan pada pimpinan penyerbuan itu.
Pria bertopeng: Sinar merah dari simbol Joojak pasti berasal dari rumah ini. Dimana kau menyembunyikan Simbol itu?
Pria itu segera menggigit lidahnya sendiri, para anggota Hwacheon berusaha mencegahnya tapi terlambat, darah mengucur keluar dari mulut pria bangsawan itu yang telah mati menggigit lidahnya sendiri, demi menjaga kerahasiaan Simbol Joojak.
Di sebuah bangunan, seorang Nyonya bangsawan membawa kedua anaknya, seorang berumur 4-6 tahunan sedangkan yang satunya masih bayi, untuk bersembunyi.
Ibu Ki-ha: Ki-ha, bayi ini adalah adik perempuanmu, dan kau adalah kakaknya. Kau harus melindungi adikmu apa pun yang terjadi. Kau bisa melakukannya, khan?
Ki-ha menganggukkan kepalanya, Ibu Ki-ha memberikan si bayi untuk digendong Ki-ha kemudian ia melepaskan kalung di lehernya, yang ternyata adalah kalung Joojak, dan mengalungkannya di leher Ki-ha.
Simbol Joojak bercahaya …
Terdengar suara orang berusaha mendobrak pintu, Ibu Ki-ha menjadi terkejut dan Ki-ha ketakutan. Ia segera menyembunyikan kedua anaknya di ruangan bawah tanah bangunan itu dan menyamarkannya sehingga pintu kamar rahasia itu tak terlihat .
Ibu Ki-ha berusaha menahan pintu tapi terlambat, para anggota Hwacheon berhasil mendobrak dan pemimpin Hwacheon menusuknya. Ibu Ki-ha jatuh lunglai di depan pintu kamar rahasia.
Ki-ha melihat wajah ibunya yang sekarat di depan matanya.
Mata Ibu Ki-ha menatap Ki-ha, menampakkan permohonan agar Ki-ha melindungi adiknya, lalu ia memejamkan mata dan meninggal.
Ki-ha: (berbisik sedih) Ibu … ibu!
Para anggota Hwacheon tidak menemukan seorangpun dan segera membakar bangunan itu dan bangunan yang lainnya. Ki-ha terperangkap di bangunan yang terbakar.
Suara sang ibu: Ki-ha, bayi ini adalah adik perempuanmu, dan kau adalah kakaknya. Kau harus melindungi adikmu apa pun yang terjadi. Kau bisa melakukannya, khan?
Asap masuk ke ruangan rahasia, membuat napas Ki-ha menjadi sesak sehingga ia terbatuk-batuk. Ki-ha segera membuka gentong besar tempat menyimpan gandum dan memasukkan adik perempuannya ke dalam gentong itu kemudian menutupnya.
Ki-ha pingsan karena telah menghirup asap terlalu banyak. Simbol Joojak bercahaya dan kemudian memanifestasikan kekuatannya demi melindungi Ki-ha sehingga api di sekitar bangunan itu padam.
Anggota Hwacheon sebenarnya sudah akan pergi, namun mereka merasakan kekuatan Joojak sehingga mencari dari mana asalnya, dan menemukan tempat persembunyian Ki-ha beserta dengan kalung Joojak di lehernya.
———-
Hyonsoo: Mereka lebih cepat daripada yang kita perkirakan. Tak disangka kekuasaan mereka telah berkembang mencapai sejauh ini, sampai ke tempat sedalam ini di Baekjae.
Hyeonjang: Gubernur dari Baekjae  akan segera datang. Sebaiknya kita pergi sebelum mereka menganggap kita sebagai pelakunya.
Tiba-tiba sayup-sayup terdengar suara tangis bayi …
Hyon-go: (mendengarkan dengan seksama) Guru, kau dengar itu?
Hyunsoo mendengar suara tangisan bayi, bersama-sama dengan yang lain masuk ke dalam bekas bangunan yang terbakar.
Mereka bingung karena suara itu seakan-akan berasal dari bawah tanah. Hyeonduk  menemukan jalan masuknya dan melihat  sebuah gentong besar.
Hyeonduk segera turun dan membuka gentong itu, menampakkan seorang bayi di dalamnya sedang menangis dengan keras.
Mereka memandangnya dengan penuh perhatian dan tiba-tiba tampak gambar Joojak di dahinya yang kemudian menghilang.
———-
Desa Geo-mool
Hyeonduk: Itu Joojak  Hitam!
Hyongo: Kita tidak bisa melihat apa-apa sekarang! Dahinya bersih!
Hyeonduk: Guru!
Hyonsoo: Bunuh dia, Hyongo.
Hyon-go: Mengapa?
Hyunsoo: (menggelengkan kepalanya) Ini salah. Kita tidak bisa membiarkan Joojak Hitam membakar dunia ini lagi.
Hyongo: Jadi bayi ini … ?
Hyonsoo: Bunuh dia. Kita harus melindungi dunia ini!
Hyongo: Bagaimana kau tahu itu kalau bayi ini Joojak hitam atau bukan?
Hyeonduk: Kau juga telah melihatnya!  Sebuah tanda dari Joojak hitam ada di dahinya!
Hyongo: Itu bukanlah warna hitam!
Hyonsoo: Hyongo!
Hyongo: Warnanya merah! Benar! Muridmu ini melihatnya seperti itu. Kau mungkin salah lihat karena kabut asap. Bayi ini, aku tahu dia lebih baik daripada orang lain karena aku melihat dia terlebih dulu. Warnanya bukan hitam.
Hyonsoo: Hyongo, Jika bayi ini adalah Joojak hitam, maka ia akan membakar dunia ini. Dan banyak orang yang tidak bersalah akan mati.
Hyongo: Apa yang akan terjadi jika dia ternyata adalah Joojak yang sejati? Dia akan membantu sang Raja Jyooshin, jadi jika kita membunuh nya hari ini, lalu apa yang akan terjadi?
Hyunsoo: …. (tampak memikirkan perkataan Hyon-go)
Hyon-go: Aku tidak menginginkan seperti itu? Aku akan mengasuh dan mengawasinya. Jika aku melihat tanda Joojak Hitam saat dalam pengawasanku, maka aku sendiri yang akan membunuhnya dengan kedua tanganku ini. Aku akan selalu berada di dekatnya, bisa khan?
Hyunsoo tak langsung menjawabnya dan melangkah pergi tapi sebelum ia meninggalkan tempat itu, ia berbalik.
Hyonsoo: Air adalah kekuatan dari Hyonmoo [Woo Sa = Penyu Hitam Berkepala Ular]. Api adalah kekuatan Joojak. Hanya Air yang dapat mengendalikan Api.
Hyon-go tersenyum senang karena permintaannya dikabulkan.
————-
Pasukan dari Hwacheon kembali ke markas mereka di Kuil Pusat Hwacheon, Abullansa.
Di Kuil Abullansa.
Dae Jangro: Selama beratus-ratus tahun dan melewati begitu banyak generasi, kita telah menantikan hari ini! Tapi kita hanya dapat menemukan satu? Hanya satu dari empat simbol?
Biksu: Tapi paling tidak kita berhasil mendapatkan Joojak, yang disebut sebagai kekuatan bumi ini. Dan dikenal sebagai simbol terakhir. Dikatakan bahwa tidak ada yang dapat diselesaikan tanpa Simbol Joojak.
Dae Jang Ro menghampiri Ki-ha dan menanyainya …
Dae Jang Ro: (menunduk) Milikmukah ini?
Apakah ini milikmu?
Apakah kau …. memadamkan api dengan Jantung Joojak?Apakah kau keturunan Joojak?
Ki-ha tak membalasnya, hanya menatap Dae Jang Ro dengan pandangan benci dan amarah … Dae Jang Ro bangkit berdiri dan merentangkan kedua tangannya. Jalur-jalur sihir hitam keluar dari kedua telapak tangannya mengarah pada Ki-ha.
Ki-ha berteriak kesakitan karena kulit punggungnya seakan-akan terbakar …
Sa Ryang mengawasinya dengan pandangan tak berkedip …
Luka di pipinya adalah segel Hwacheon …

Ki-ha tak sadarkan diri karena tak tahan sakitnya … Dae Jang Ro membuat segel Hwaecheon di punggung Ki-ha.
Dae Jang Ro juga berhasil menyerap sedikit kekuatan Joojak, membuatnya menjadi lebih muda.
———
Desa Geomool

Ketiga pemuda berusaha membuat bubur bagi si bayi, namun pemuda terakhir yang berhasil membuat bubur dengan baik, ia sangat senang dan segera pergi menemui Hyon-go. Kedua pemuda lain cemberut dan kesal … heheheh ..

Semua orang sangat senang dengan si bayi dan memperhatikannya saat ia makan.
Hyonsoo mendatangi tempat itu dan menemui Hyon-go.

Hyonsoo: Apakah dia makan dengan baik?

Hyongo: Ya.

Hyonsoo duduk di dekat Hyon-go.

Hyonsoo: Kita harus memberinya nama. Apakah itu, sesuatu  yang memiliki sayap, menjadi sahabat dengan manusia, belajar dan berbagi cinta?

Hyeondok: Bagaimana dengan ayam! (Semua orang diam … ada yang melotot padanya) Jadi .. bagaimana kalau Soojinee?

* Soojinee adalah semacam burung elang yang sudah dijinakkan tapi tetap dibiarkan bebas.

KEMBALI KE MASA SEKARANG …
Hyon-go: Hei, Soojinee! Bangun, Soojinee! Matahari sudah di atas kepala, ayo bangun, Soojinee …
Sojinee membalikkan tubuhnya, Hyon-go menepuk-nepuk tubuhnya dan menggoyang-goyangnya
Hyon-go: Kita harus masuk Gooknaeseong sebelum matahari terbenam. (Hyon-go sangat kesal, lalu berlalu) Jika kata-kata tidak berhasil maka aku akan menggunakan air!
Sojinee, yang memang jahil, bangun dan mengintip dari balik pundaknya ke arah Hyon-go sambil tertawa kecil. Ia segera pura-pura tidur lagi saat melihat Hyon-go mendatanginya dengan membawa semangkuk besar air dingin.
Hyon-go: (datang dengan membawa semangkuk besar air) Soojinee … Kau pasti nanti akan merasa segar  …
Sojinee segera bangun dan berseru padanya, membuat Hyon-go kaget sehingga mangkuk air itu terlempar dan air di dalamnya jatuh ke atas kepalanya … ahahahah … senjata makan tuan ahahahah … 
Soojinee: (berbalik dan berseru) Guru! Apakah Kau tidur nyenyak? Guru?
Hyongo: (basah kuyup) Ini  … dingin!

———-
Tahun 384 SM, tahun ke-14 pemerintahan Raja Sosurim
Gooknaeseong
Soojinee: Wow! Kita akhirnya sudah ada di Gooknae-seong! (mengagumi bangunan Istana) Itu sangat besar! (menoleh pada Hyon-go) Tapi omong-omong, guru, di mana kita tidur saat malam hari?
Hyon-go: (menepuk-nepuk bagian belakang kereta) Di sini!
Soojinee: Tunggu. Apa katamu, guru?
Hyon-go: Memangnya kenapa?
Soojinee: Aku, Soojinee yang hebat datang ke Gooknae-seong, dan apakah masuk akal bahwa tidak ada tempat bagiku untuk bermalam pada hari pertaama tiba di sini?
Hyon-go: Haha … Itu masuk akal, kita akan menghasilkan uang dan makan yang enak-enak.  Tidak ada masalah. Makanlah apa yang kau inginkan, nikmatilah harimu, kemudian tidur di sini.
Soojinee: (jengkel, menepuk-nepuk keretanya) Bagaimana kita mendapatkan uang?
Hyon-go: Apakah seorang ibu membiarkan anak-anaknya kelaparan? Apakah gurumu ini akan membuat muridnya kelaparan?
Soojinee: Kau sudah janji loh! Kau yang bertanggung jawab untuk semua yang kumakan, minum, dan juga tempat tidurku, khan?
Hyon-go: Tentu saja! Tapi omong-omong, ada sesuatu yang perlu bantuanmu sebagai gantinya.
Hyon-go mengambil spanduk kecil …
Soojinee: (mengerutkan keningnya) Apa itu?
Hyon-go: Sambil berkeliling di kota ini dan melakukan apa pun yang ingin kau lakukan, hanya saja bawalah spanduk ini dan juga jangan lupa tongkat ini.
Hyon-go: Ini! … Tanganmu khan akan merasa tak enak jika kosong!
Sojinee berkeliling di kota mengiklankan pekerjaan mereka.
*Karakter yang tertulis di belakang Sojinee adalah karakter Mandarin “Zhan”, artinya mengharapkan sesuatu menjadi miliknya.
Soojinee: Tanyalah bintang untuk mengarahkan jalanmu di bumi ini! (menggoda seorang wanita) Kau dapat melihat seluruh hidupmu hanya dengan pembacaan garis tangan! Kami dapat memberitahu apa yang terjadi kemarin, bukankah itu luar biasa! Silahkan bertanya tentang besok, hanya 4 sen! (duduk beristirahat, bergumam) Bisnis tidak begitu bagus hari ini!
Sojinee melihat di sampingnya ada seorang nyonya yang cukup berada bersama dengan anak perempuannya yang masih kecil. Ia segera mendekatinya.
Sojinee: Ya ampun para dewa .. Apakah ada sesuatu yang salah hari ini, Nyonya!?
Sojinee: Tampaknya ada sesuatu masalah dan tampak di wajahmu! Apakah sesuatu sedang terjadi di rumahmu?
Sojinee menyentuh wajah si Nyonya, yang segera menepisnya.
Nyonya: Apa maksudmu? Kau ini!
Sojinee tidak menyerah, ia segera mengalihkan sasarannya pada anak perempuan si Nyonya.
Soojinee: Oh para Dewa, sesuatu yang buruk akan terjadi pada anak ini. Sangat buruk! Cepat! Cepat ikut aku!
Sojinee menyeret anak si Nyonya sehingga mau tak mau Nyonya itu juga ikut dengannya.
Nyonya: Ada apa?
Pedagang daging terkejut melihat pelanggannya diseret Sojinee dan berteriak memanggil.
Pedagang daging: Hei, Nyonya, bagaimana dengan dagingmu?
Hyon-go sedang menunggu Sojinee di dekat wanita penjaja makanan.
Sojinee: Cepat! Cepat! Aku katakan, sesuatu yang buruk akan terjadi! (Sojinee mendudukkannya di depan Hyon-go)
Nyonya: (bingung) Apa? Apa maksudmu?
Hyon-go segera bergaya begitu si Nyonya duduk …
Sojinee: (mengiklankan lagi) Cari tahu jalanmu di bumi dari bintang-bintang di Langit!
Sojinee melambaikan lima jari kemudian menoleh pada Hyon-go, yang segera memberikan tanda 2 jari, Sojinee tak percaya, ia merubah menjadi empat, Hyon-go merubah tangannya dari dua menjadi tiga sambil bergaya seakan-akan meramal…
Itu tawaran terakhirnya pada Sojinee … Sojinee sangat kesal dan cemberut tapi terpaksa menerimanya … Ia pergi untuk mengiklankan lagi …
Sojinee: (berjalan di pasar) Carilah tahu jalanmu di bumi melalui bintang-bintang di Langit! Lihatlah seluruh kehidupanmu dari garis tanganmu!
Tiba-tiba Sojinee seakan-akan merasakan ketertarikan yang mendalam saat ia melihat seorang gadis dan pengawalnya sedang berjalan di pasar. Itu Ki-ha dan Sa Ryang yang sedang menuju ke Istana. Sojinee bermaksud mengacuhkan mereka, tapi rasa tertariknya lebih kuat. Sojinee segera berlari menyusul mereka. Hyon-go heran dengan tindakan Sojinee. Sojinee berlari mendahului mereka dan berpura-pura mengiklankan ramalam nasib  sambil berpapasan dengan mereka berdua.
Sojinee: Cari tahu jalanmu di bumi ini melalui bintang-bintang di Langit…. (Sojinee menoleh beberapa kali ke belakang)
____
Cheonji Shindang
Sang Ryang mengantarkan Ki-ha sampai ke depan pintu gerbang samping Shindang. Seorang pendeta wanita menjemput Ki-ha. Ki-ha ragu-ragu tapi Sang Ryang mendorongnya lembut untuk masuk ke dalam.
Sang Ryang terus mengawasi Ki-ha sampai pintu gerbang ditutup.
Ki-ha terus mengikuti pendeta wanita yang menjemputnya. Di dalam ia melihat begitu banyak kesibukan, banyak pendeta wanita hilir mudik seakan-akan ada sesuatu yang besar yang akan terjadi, tapi mengapa wajah mereka nampak tegang dan cemas?
Seorang pendeta wanita muda membisiki pendeta wanita penjemput Ki-ha. Pendeta penjemput Ki-ha menghela napas berat tapi mempercepat langkahnya, Ki-ha terpaksa berlari kecil untuk mengimbanginya.
Pendeta wanita itu masuk ke  Shindang bagian dalam, tempat Kuil Peramal berada.
——
Istana Goonaseong, Goguryeo.
Raja Sosurim: Bantu aku untuk duduk. Panggillah semua pejabat terkemuka ke Istana. Aku akan memberikan kata-kata terakhirku.
Nyonya Yeon: Yang Mulia …
———
Kho Woo Choong bersama beberapa orang memacu kudanya dengan cepat.
Jenderal Kho: Aku datang untuk membawamu kembali ke Istana atas perintah Yang Mulia Raja!
Oh Ji Ji: Bagaimana keadaan Yang Mulia Raja?
Jenderal Kho: Ia berada dalam kondisi kritis. Mereka katakan bahwa waktunya sudah tidak banyak tersisa. Yang Mulia memintaku untuk bergegas, berbicara nanti saja.
Oh Ji Ji: Ini masih belum waktunya, masih belum! Masih terlalu dini! Bagaimana itu bisa  terjadi? Sudah …
Oh Ji Ji melihat ke bawah, ke arah sungai kecil di mana anaknya, Damdeok, sedang memandikan kuda. Jenderal Kho juga melihatnya, kemudian memberi hormat. Damdeok yang melihat mereka, memberi balas hormat kemudian melanjutkan memandikan kuda.
Jenderal Kho: Apakah itu dia?
* Damdeok (nantinya menjadi Raja Gwanggaeto)
———
Di Cheonji Shindang
Ki-ha memasuki ruangan dalam kuil, Pendeta wanita yang menjemputnya telah meninggalkannya. Ki-ha berjalan terus mengagumi hall yang menuju ke ruangan sembahyang.
Tiba-tiba seseorang yang tampaknya pejabat tinggi memasuki hall, Ki-ha segera bersembunyi sampai pejabat itu lewat.  Ki-ha dengan berhati-hati menuju ke ruangan sembahyang Pendeta Tinggi.
Ia berhenti di depan pintu, melihat pejabat tadi sudah berada di sana sedang bercakap-cakap dengan Pendeta Tinggi.
Yeongaryo: Hanya anakku lah orang yang memiliki darah dari keturunan keluarga Raja. Ibunya adalah adik dari Yang Mulia Raja yang sekarang. Dia juga adalah putri kandung dari Raja sebelumnya, Raja Gogookwon, yang sudah wafat. Tidakkah semua orang yang menjadi rakyat  Goguryeo tahu mengenai hal ini?
Pendeta Tinggi: Semua orang juga tahu bahwa masih ada adik lelaki Yang Mulia, jika orang tersebut mengaku dirinya sebagai rakyat Koguryo.
Yeongaryo: Itu bukan kehendak langit, kan? Bukankah itu tanggung jawabmu untuk membiarkan membuat semua orang tahu siapa pengganti yang sebenarnya?
Pendeta Tinggi: Apakah kau mengusulkan padaku agar berbohong mengenai kehendak Langit?
Seorang pendeta wanita masuk menemui Pendeta Tinggi …
Pendeta Wanita: Ada perintah Kerajaan untuk mempersiapkan penguburan kerajaan.
Pendeta Tinggi: (sedikit terkejut) Apakah dia dalam kondisi kritis?
Pendeta Wanita: Menurut Tabib dari Istana, hari ini adalah hari yang menentukan. (Suehan berarti tidak akan bertahan untuk hari lain)
Yeon Garyeo memutuskan untuk pergi, sementara Pendeta Tinggi nampak berpikir keras dan memandang kepergian Yeon Garyeo …
Pendeta Wanita: (menghampiri Pendeta Wanita dan bersuara pelan) Yang Mulia Raja telah mengutus Jenderal Kho Woo Choong. (Ki-ha mengintip dari balik pintu)
Pendeta Tinggi: Angin yang membawa masalah akan bertiup di Goongnaeseong.
———-
Nyonya Yeon sedang merengek kepada Raja yang ada di atas pembaringan, menutup matanya.
Nyonya Yeon: Apakah kau akan memutuskan keturunan Kerajaan yang telah diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi, Yang Mulia Raja? Kau tidak boleh melakukan itu! Kau tidak bisa melakukan itu!
Kasim: Puteri, Yang Mulia Raja sedang …
Seorang kasim mencoba menjauhkan Nyonya Yeon dari Raja, namun Nyonya Yeon melepaskan diri darinya dan mendekatkan dirinya, bibirnya di dekat telinga Raja.
Nyonya Yeon: Apakah Kau tahu? Anak kami … Kau tidak memiliki anak dan bintang itu muncul pada hari ketika keponakanmu, Ho-gae, lahir, bukan? Apakah Kau melihatnya juga? Itu adalah bintang Jyooshin. Para menteri mengatakannya demikian juga dengan rakyat. Apakah kau melihat bahwa bintang itu bersinar sepanjang malam? Aku melahirkan seorang Raja yang telah dikirim oleh Langit! Aku .. aku telah melahirkan dirinya, Yang Mulia.
(Andy: Akting si ibu Ho-gae ini bagus … sampe aku mentolo banget ingin merobek mulutnya >.< )
——–
Pertemuan Dewan Istana diadakan atas permintaan Raja Sosurim. Yeon Garyeo datang dan semua pejabat menyalaminya, seakan-akan yakin kalau anaknya akan menjadi Raja berikutnya. Semua orang segera mengambil tempat mereka masing-masing dan berdiri saat suara mengumandangkan kedatangan Raja.
Raja dengan dituntun berjalan menghampiri kursi tahta dan duduk di atasnya. Semua orang duduk kembali. Raja tampak sedang menunggu seseorang … Tiba-tiba cahaya masuk, pintu terbuka dan tiga orang masuk ke dalam ruangan, Oh Ji Ji, Damdeok, dan Jenderal Kho Woo Choong. Semua orang, termasuk Yeon Garyeo terkejut.
Oh Ji Ji memberikan hormat kepada semua orang baru kemudian melangkah mendekati Raja, diikuti oleh Damdeok. Yeon Garyeo tampak berpikir sesuatu …
Nyonya Yeon juga berada dalam ruangan itu, melihat dari balik tiang di dekat pintu masuk.
Oh Ji Ji: Aku, Oh Ji Ji, telah menerima panggilanmu Yang Mulia Raja.
Raja Sosurim: (suara bergetar)  Kau terlambat. Aku hampir tidak bisa menunggu dirimu!
Oh Ji Ji: Hyungnim (kakak)!
Raja Sosurim: (mendesah lega) Aku, sekarang, akan pergi menemui para leluhur kita yang berada di Langit. Aku diwarisi mahkota yang berisikan kehendak Raja Joomong dari Goguryeo yang Besar, tapi aku tidak bisa memperluas cakrawala negeri ini. Aku ini Raja yang lemah yang menjadi Raja hanya karena anugerah dari Langit. Aku hanya berharap agar Langit akan mengirim Burung Oriole Emas, yang memiliki tiga kaki. [Simbol Kerajaan Goguryeo]. Dan sekarang, aku, Raja Goguryeo, dengan ini memerintahkan adikku, putra kedua raja sebelumnya, Oh Ji Ji, untuk menjadi raja berikutnya.
Semua orang sangat terkejut dengan pernyataan Raja Sosurim. Mereka saling berkasak-kusuk. Nyonya Yeon tidak bisa menahan dirinya lagi, masa depan anaknya dalam pertaruhan sekarang.
Nyonya Yeon: Tidak Itu salah! Kau tidak dapat melakukan itu, Yang Mulia Raja! Keturunan siapa dia? Langit dan bumi semuanya juga tahu. Yang Mulia Raja, kumohon pikirkanlah Goguryeo, ingatlah mendiang raja terdahulu! Ingatlah mendiang Raja!
Jenderal Kho menghampirinya dan segera menyeretnya pergi dari ruangan
Nyonya Yeon: (berteriak-teriak dan berusaha meronta) Lepaskan aku! Yang Mulia Raja! Yang Mulia Raja!
Yeon Garyeo tidak bisa apa-apa melihat istrinya diperlakukan demikian. Raja sangat gusar tapi tak diperlihatkan di wajahnya, sebaliknya ia menatap Oh Ji Ji dan Damdeok.
Raja Sosurim: Apakah dia anakmu?
Ojiji: Ya. Dia Damdeok.
Raja mengulurkan tangannya, Oh Ji Ji mendorong Damdeok untuk maju mendekati paman Rajanya.
Mulai dari ini sang Raja berbisik / bersuara pelan sehingga hanya Damdeok saja yang dapat mendengarnya …
Raja Sosurim: Anak ..
Damdeok: Yang Mulia …
Raja Sosurim: Aku dan ayahmu telah mempertaruhkan segalanya ke atasmu. Tapi … (Raja tiba-tiba oleng dan akan terjatuh, tapi ditopang oleh Damdeok) Tapi kau harus menjadi Raja Jyooshin dan mempersatukan kembali wilayah Jyooshin. Apakah kau akan mengingat ini?
Damdeok: Aku?
Raja Sosurim: Cari simbol dari empat Dewa dan kumpulkanlah para pemiliknya. Mereka akan melindungimu dan akan membukakan jalan ke mana kau akan pergi. Apakah kau bisa berjanji padaku untuk mencapai hal ini?
Damdeok: Ya.
Raja Sosurim tampak puas dan menghembuskan napas terakhirnya, tubuhnya lunglai dan kepalanya jatuh bersandarkan bahu Damdeok …
Oh Ji Ji terkejut dan segera memburu ke arah kakaknya, namun Raja sudah meninggal.
Oh Jj Ji: Kakak! Kakak tertua!
Semua pejabat segera berlutut, termasuk Yeon Garyeo, meratapi wafatnya raja mereka.
————
Anggota dari Shindang sangat sibuk. Hari ini adalah hari istimewa. Hari di mana Raja baru akan dinobatkan, jadi mereka harus mempersiapkan penobatannya dengan sebaik-baiknya.
Ki-ha menjadi salah satu gadis penyebar bunga. Barisan anggota Shindang itu segera bergerak menuju ke bagian dalam, ke Kuil Peramal di mana upacara penobatan akan dilakukan.
Tahun 384 SM, Penobatan Raja ke-18 Kokuryo, Raja Gogookyang
Damdeok sedang melihat ke seklilingnya dan tertarik dengan para gadis penyebar bunga, sampai salah satu gadis itu terpeleset, Ki-ha merasa sangat malu. Damdeok tertawa kecil melihat insiden itu. Ki-ha menunduk saat dipandang oleh Damdeok.
Oh Ji Ji berlutut menghadap Pendeta Tinggi, yang mengambil mahkota lalu menempatkan mahkota Raja di atas kepala Oh Ji Ji.
Oh Ji  Ji sekarang resmi telah menjadi Raja ke-18 Goguryeo, dengan gelar Raja Go Gook Yang.
———-
Kediaman Keluarga Yeon
Yeon Garyeo pulang dan menemukan istrinya sedang menyalakan lilin

Nyonya Yeon: Langit telah mengirimkan pada kita anaknya. Kau tidak bisa  menghindari kenyataan itu.
Yeongaryo: Orang-orang tidak akan mengerti apa pun yang langit katakan.
Nyonya Yeon: Bukti apa lagi yang kau butuhkan untuk percaya? Anak kita, Hogae, lahir sebagai Raja. Bukan hanya sekedar Raja, ia adalah Raja Jyooshin. Saat itu aku memberikan darah keturunan Dewa bagi Hogae. Kau adalah bangsawan dengan kedudukan tertinggi kedua di negara ini. Kumohon adakanlah pertemuan para menteri untuk memilih raja yang sesungguhnya.

Yeongaryo: Jika aku mengatur pertemuan dengan para menteri, maka apakah mereka semua akan setuju? Jika mereka adalah orang-orang yang menentang rencana kita, maka kita harus menekan mereka dengan kekuasaan. Jadi, jika anak Raja sekarang  dan anakku akan melihat pertumpahan darah itu, maka apakah kau akan bersedia membayar harga darah yang tertumpah itu?
Nyonya Yeon: Baiklah!  Jika kau takut, maka, aku sendiri yanga akan melakukannya. Aku akan mengambil tanggung jawab itu. Entah itu harga darah atau harga perasaan bersalah. Kau diamlah di sini saja.
————-
Istana Gooknaeseong, Kediaman Raja
Raja Gogookyang: Apakah kau tahu di mana kita berada?
Damdeok: Dalam Istana Gooknaeseong.
Raja Gogookyang:  Kita berada tepat di Pusat Neraka! Ada orang-orang yang seperti hantu kelaparan, mereka selalu merasa lapar tak peduli seberapa banyak mereka makan dan makan. Dan ada yang memakai topeng berwajah manusia tapi sebenarnya adalah iblis.

Damdeok: Tapi ada orang-orang yang seperti Jenderal Kho, khan?
Raja Gogookyang: Ya. Ada juga manusia sejati di antara mereka. Tapi, jika seseorang ingin hidup seperti seorang  manusia, maka ia akan dimakan hidup-hidup oleh para hantu dan iblis itu! Mereka membenci sifat-sifat kemanusiaan …. (berhenti sejenak menatap anaknya) Anakku!
Damdeok: Ya.

Raja Gogookyang: Yang harus kau lakukan pertama adalah kau harus bisa bertahan hidup! Kau masih muda, dan aku masih belum memiliki kekuatan yang cukup untuk melindungi dirimu, jadi  janganlah menarik perhatian mereka untuk sekarang ini!
Damdeok: Jangan menarik perhatian … ?
Raja Gogookyang: Jangan mengungkapkan bahwa dirimu lebih unggul, lebih cepat, dan lebih berani daripada yang lain. Jangan mengungkapkan bahwa kau bijak dan baik hati. Biarkan mereka menyangka kau orang yang bodoh dan lemah sehingga semua orang di sini akan mengabaikan dan melupakanmu.
Damdeok: Berapa lama aku harus hidup seperti itu?
Raja: (menatap kursi tahta) Mungkin sampai kau menjadi Raja.

Damdeok: (berdiri) Aku tidak menginginkannya. Kau akan mati ketika aku menjadi seorang raja. Jika demikian, aku tidak ingin menjadi raja.
Raja: Damdeok ….
Dameok: Aku tidak ingin melakukannya.
Raja: (berdiri dan memegang pundak Damdeok) Aku hanyalah orang yang sedang mempersiapkan jalan dan membuat dirimu kelak menjadi seorang raja.
Damdeok: Aku tidak mengerti.
Raja: Itulah alasan mengapa aku hidup. Aku menyadarinya lebih jelas sekarang setelah aku sendiri menjadi seorang raja, posisi yang sama sekali tidak cocok dengan diriku.

Suara Raja: Jangan keluar dari Vila Kerajaan sampai aku memanggilmu.  Jenderal Kho yang nantinya akan melindungimu di sana sehingga keamananmu sedikit terjamin. Kau juga tidak perlu pergi ke Taehak [Akademi Kerajaan]. Jenderal Kho dan guru yang dipilih dengan hati-hati akan mengajarkanmu semua hal yang perlu kau ketahui.
——–
Di Lapangan Latihan Militer

Damdeok mengawasi Yeon Ho-gae yang sedang melakukan latihan rutin, berkuda dan berusaha menjatuhkan lawannya dari atas kuda dengan tombak tumpul. Yeon Ho-gae menyadari kalau Damdeok mengamati mereka, ia sangat senang dan bersemangat, berusaha dengan sebaik-baiknya.

Yeon Ho-gae dengan mudah mengalahkan lawan-lawannya. Damdeok sangat kagum melihatnya.


*Yeon Ho-gae adalah anak dari Yeongaryo
——–
Damdeok duduk mengamati latihan militer berkuda, kemudian teringat pada percakapan dengan ayahnya baru-baru ini …
Damdeok: Apakah aku tidak diijinkan memiliki teman?
Raja: Aku akan membiarkan semua orang tahu bahwa kesehatan tubuhmu rapuh dan lemah. Jadi jangan lupa bahwa kau harus terlihat seperti itu.
Damdeok sedang membaca ketika Yeon Ho-gae datang menghampirinya

Yeon Hogae: Pangeranku. Apa yang membawamu kemari?
Damdeok: Aku bosan. Aku berjalan-jalan ke sekellling untuk mencari udara segar dan tak sengaja sampai sejauh ini.
Hagae: Apakah kau ingin belajar cara menggunakan tombak?
Damdeok: Aku? Bagaimana bisa?
Ho-gae menyeret Damdeok ke lapangan militer …
Hogae kemudian menjelaskan cara memegang dan menggunakan tombak  pada Damdeok.

Yeon Ho-gae: Saat kau memegang sebuah tombak, kau harus memegangnya dengan kedua tangan seperti ini. Kemudian gunakan gerakan menusuk dan memutar. Dan ketika kau menunggang kuda, kau harus memegang tombak seperti ini.

Pegang dengan erat di samping badanmu dan gunakan kekuatanmu untuk menusuk … Seperti ini …

Dameok: Ini berat!
Hogae: Ini memang berat untuk awalnya. Tapi akan menjadi semakin ringan saat kau sering menggunakannya lagi  dan lagi.
Damdeok: Sungguh?
Hogae: Sungguh!
Damdeok menerima tombak itu dan berusaha melakukan gerakan yang diajarkan oleh Ho-gae, tapi terasa sangat kaku.

Damdeok tertawa sedikit malu dan ragu-ragu. Ho-gae menghampirinya dan membetulkan sikapnya dalam memegang tombak. Mereka berdua saling memandang kemudian tertawa kecil bersama-sama.

————
Dae Jang Ro  memberi perintah pada Ki-ha, yang akan disusupkan ke Istana.
DAe Jang Ro: Yeon Hogae dari Keluarga Yeon adalah satu-satunya orang yang memiliki darah keturunan raja dan lahir di bawah bintang raja Jyooshin. Awasilah dia apakah memang dia ditakdirkan menjadi Raja.

Jika kita ingin memperalatnya, lebih baik bagi kita jika bisa membuatnya mendekatimu terlebih dahulu Apakah kau akan mengambil kesempatan ini?
———-
Ki-ha sedang berjalan di pasar bersama sesama rekannya dari Shindang, tiba-tiba seorang penunggang kuda memacu kudanya ke arah mereka, semua orang segera menyingkir kecuali Ki-ha yang seperti terpaku di tengah jalan.

Ho-gae saat itu juga berada di pasar, ia melihat Ki-ha yang akan ditabrak dan segera memacu kudanya untuk menolong Ki-ha. Ini adalah pertemuan pertama mereka berdua …

Hogae: Kau baik-baik saja?

Ho-gae baru menyadari kalau orang yang diselamatkannya adalah seorang gadis Shindang yang cantik, hatinya terpikat.

Ternyata ini adalah rencana Hwacheon, karena penunggang kuda yang akan menabrak Ki-ha sebenarnya  adalah pengawal Ki-ha, Sa Ryang.
———

Dae Jang Ro: Aku mendengar bahwa Hogae, bocah itu, yang masih muda, sudah melampaui kemampuan orang dewasa dalam berkuda, pertarungan pedang, dan memanah. Kita akan berada dalam masalah jika dia yang, terlalu superior dari pada yang lainnya, menjadi Raja kelak. Tapi, kau, Ki-ha akan mengendalikan setiap dari mereka dengan tanganmu sendiri.

Dahulu kala, Ka-jin telah melakukannya seperti itu. Semua petarung, yang dikenal dunia, berlutut di depan Ka-jin.

Ka-jin hidup di dalam dirimu, Kiha. Jangan lupa tentang itu.
———-

Kiha, berpakaian pejalan malam,  menyelinap keluar dari Shindang dan masuk ke perpustakaan Istana untuk mencari sesuatu.
Perpustakaan di Gooknaegoong.

Ki-ha, dengan ditemani sebatang lilin khusus Shindang, berkeliling mencari-cari sesuatu. Tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki orang. Ki-ha segera memadamkan lilinnya dan bersembunyi di balik sebuah rak buku.

Ki-ha mengintip dari tempat persembunyiannya. Seseorang masuk kemudian menyalakan lampu penerangan, ternyata Damdeok. Ia tampak tenang dan memilih sebuah buku di dekat persembunyian Ki-ha lalu mengambil tempat dan duduk membaca. Ki-ha merasa serba salah, ia mengintip lagi dan melihat Damdeok tampak sedang asyik membaca.

Damdeok ternyata mengetahui kalau ada orang selain dirinya di perpustakaan bahkan sudah lebih dahulu datang dan sekarang sedang bersembunyi.
Damdeok: Aku bermaksud akan membaca sampai besok matahari terbit. Tidakkah kau merasa lelah nantinya? (Ki-ha terkejut)

Aku mencium bau lilin yang dipadamkan baru saja ketika aku masuk ke dalam ruangan ini. Bahkan sekarang aku bisa mencium bau dupa. Apakah kau … (Damdeok menoleh sedikit, Ki-ha menyurutkan tubuhnya di belakang rak)

… di belakang rak buku? (mencium-cium udara) Tampaknya bau ini seperti dupa yang sering digunakan dalam Sindang. Apakah kau murid Sindang? (Damdeok berdiri dan mengambil buku lain di rak buku, di mana Ki-ha bersembunyi di belakangnya) Jika kau datang ke sini untuk membaca buku secara sembunyi-sembunyi seperti aku, maka jangan menyembunyikan diri sehingga membuatmu tidak nyaman. Duduklah dan baca saja buku yang ingin kau baca. Mungkin buku-buku di sini lebih senang dibaca oleh seseorang daripada ditumpuk dan tertutup oleh debu.

Ki-ha akhirnya memutuskan untuk pergi, apalagi kakinya sudah menjadi kesemutan. Ia berdiri dan melangkah tertatih-tatih karena kakinya yang kesemutan. Tapi terkejut saat tiba-tiba Damdeok menggebrak meja dan berdiri.

Ki-ha menoleh pada Damdeok, yang ternyata sedang berlatih jurus bela diri dari buku yang ia baca.

Tampaknya Damdeok mengalami kesulitan memahami buku yang ia baca karena ia tersandung disebabkan kakinya saling membelit.

Damdeok: Aku tidak tahu. Apanya ya yang salah?
Ki-ha merasa tergerak hatinya dan tertarik melihat seseorang yang seperti Damdeok …
Ki-ha: (menghadap sebuah rak buku) Aku adalah murid magang Sindang, dan aku tidak boleh berbicara dengan orang luar sampai pelatihan berakhir. Jadi, sekarang, aku bicara ke rak buku. (Damdeok memandangnya dan tersenyum geli)

Aku belajar bahwa dasar-dasar Bobeop memerlukan kekuatan kuda-kuda dari tubuh bagian bawah. (Damdeok mendengarkan dengan seksama) Tak peduli seberapa mudahnya suatu gerakan bela diri, tubuh bagian bawah harus dilatih disiplin melakukan kuda-kuda. Bukankah demikian …. Tuan Rak Buku?
Damdeok tergelitik dan melihat pada Ki-ha tetapi gadis itu sudah menghilang … Damdeok sangat heran

0 komentar:

Posting Komentar